Note

No matter how you start, the process will make you better and better. Don't worry to make a mistake, just do it... It's better than doing nothing.

Find me at Path--> Wynfrith M.

Jumat, 11 April 2014

I'm the King of the Day

Akulah sang raja... Aku bisa melakukan apa pun... Akulah sang raja, segala keinginanku akan dipenuhi hanya dalam satu perintah...

Di sinilah aku, berjalan diiringi keempat pengawalku berseragam lengkap dengan senjata tersimpan di pinggang mereka. Aku berjalan di depan mereka, melangkah dengan anggun penuh kepercayaan diri. Matahari bersembunyi di balik awan, menyembunyikan wajahnya seolah ikut memberi hormat padaku. Aku menyeringai, itu hal yang wajar, akulah sang raja. Tiba-tiba sebuah bola sepak menggelinding ke dekat kakiku. Diikuti seorang bocah laki-laki yang berlari mengejarnya. Pengganggu... Pengacau... Dasar perusak! Ah, aku ingat... Dulu aku juga pernah bertemu seorang pengganggu, sebelum aku menjadi raja yang agung. Aku menendangnya, merantainya, mengiris wajahnya, lalu dengan api aku-

"Hentikan! Kau mengganggu sang raja! Pergi!" Teriak salah satu pengawalku. Bocah itu terkejut lalu berlari pergi dengan gemetar. Pengawalku yang lain datang, memungut bola itu dan melemparnya jauh-jauh. Benar juga, kenapa aku harus repot-repot bertindak? Aku adalah raja... Pengawalku ada untukku. Aku tersenyum puas. Kedua pengawalku membungkuk memohon maaf atas gangguan tadi, lalu kembali ke posisi mereka semula. Aku kembali berjalan. Di langit beberapa burung gereja terbang sambil mengepakkan sayap kecil mereka. Angin berhembus lembut menerpa jubah beludruku. Sangat menyenangkan. Di sungai beberapa ekor ikan melompat ke permukaan sebelum kembali menyelam. Mereka memberi hormat padaku? Ah, ya... Aku 'kan sang raja. Itu wajar.

Aku berjalan sambil tersenyum lebar. Tapi tiba-tiba seorang pria berpakaian kumal datang menghampiriku. Pengganggu lagi... Perusak... Pengacau... Mungkin aku bisa meninjunya, mematahkan rahangnya, memecahkan tempurung kepalanya dengan batu, lalu-

"Berhenti! Jangan dekati sang raja! Jangan mengganggu beliau!" Bentak pengawalku. Awalnya si pria kumal tidak peduli dan tetap ingin mendekatiku. Apa aku harus bertindak? Tidak. Tiga pengawalku langsung meringkusnya, memarahinya, lalu mengusirnya. Pengawalku yang lain bersiaga di depanku. Merentangkan lengannya, berusaha menjaga jarak pria itu dariku. Ah, aku tidak perlu bertindak. Tentu saja, akulah sang raja! Pengawalku ada untuk melindungiku.

"Ah, aku haus..." Gumamku. Dengan sigap salah satu pengawalku yang membawa ransel di punggungnya mengeluarkan sebuah termos dan gelas kaca. Menuangkan segelas lemonade dingin untuk sang raja. Aku meminumnya dengan puas. Aku senang menjadi raja.

Setelah rasa hausku hilang, aku kembali berjalan.

Beberapa jam berlalu penuh kedamaian. Aku raja yang bahagia. Mendadak terdengar alarm jam tangan salah satu pengawalku. Aku menoleh. Pengawal itu mendekat dan berlutut di hadapanku, "maafkan hamba yang mulia, tapi ini sudah saatnya untuk kembali..."

Aku tersenyum, "begitukah? Aku mengerti, antarkan aku pulang..." Perintahku. Semua pengawalku menunduk patuh. Satu di antara mereka menelepon jemputan dengan ponselnya. Sebuah mobil jeep datang menjemput kami. Kami pun pulang.

***

Kami melalui sebuah gerbang besar dari jeruji besi. Melewati sebuah lapangan yang dipenuhi kerumunan manusia. Saat sampai di gedung utama tempat ini, aku turun. Pengawalku melepaskan jubahku dengan sopan. Mengantarku masuk ke dalam. Setelah melewati beberapa pintu yang masing-masing diawasi seorang penjaga, aku sampai di sebuah aula terbuka. Beberapa penjaga lain sudah menunggu di sana, berbaris rapi dengan senapan di tangan. Pengawalku datang dengan sebuah kain hitam panjang di tangannya, "maafkan aku yang mulia, bolehkah...?" Aku mengangguk, "silahkan..."

Dia balas mengangguk lalu menutup mataku dengan kain itu. Kemudian dia membimbingku ke tengah aula, lalu meninggalkanku di sana.

Seorang pria berteriak dari kejauhan, "seperti yang telah diputuskan oleh hakim dan yang telah diberitakan sebelumnya. Dengan ini, Rudolf Gale alias King of Death, dijatuhi hukuman mati atas pembunuhan sadis terencana yang telah dilakukan pada 20 orang. Permohonanmu telah dilaksanakan, menjadi raja dalam sehari. Kini waktu eksekusi telah tiba..." Sisanya terdengar samar-samar bagiku. Aku tenggelam dalam pikiranku sendiri. Eksekusi? Permohonan menjadi raja sehari? Ah, ya... Aku ingat... Aku sudah bersenang-senang. Dan inilah puncaknya. Saatnya beristirahat. Hening sejenak. "Angkat senjata!" Terdengar suara derap. "Bersiap!" Suara senapan yang dikekang menyusul. "Tembak!" Letusan senapan terdengar. Dan kegelapan total menelan tubuhku. Tubuh sang raja pembunuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar