Note

No matter how you start, the process will make you better and better. Don't worry to make a mistake, just do it... It's better than doing nothing.

Find me at Path--> Wynfrith M.

Rabu, 30 April 2014

"This is My Dream"

Hitam, putih, atau keduanya
Hijau, kuning, penuh warna
Tinggi, luas, tak terhingga
Liar, lepas, bebas

Tak bisa dilukiskan
Tak bisa dijelaskan
Semua abstrak
Tanpa batasan jarak

Ini mimpiku
Ini duniaku
Akulah penciptanya
Akulah sang raja

Jangan kau ganggu
Jangan kau temboki
Ini langit dan sayapku
Ku akan terbang tinggi

Aku pasti akan terbang tinggi

Senin, 28 April 2014

It's Gonna Be Fine

Look up to the sky
Stop questioning why
You don't have to be shy
You may cry

Just release it
Everybody needs it
Sometimes tears can fix it
Rest your heart with it

But not so long
Too long makes it wrong
Get up and be strong
Everybody can be strong

You can face it
I'm sure of it
You can do it
I do know it

Gather your courage
Start a new page
It's gonna be fine
You will shine

Bekasi, 7 Februari 2014

Minggu, 27 April 2014

Poem Time~ (Part 2)

HARUS APA?

Tenang tiada gerakan
Diam tanpa getaran
Sepi tiada suara
Hati sepi tak terkira

Kukira aku bisa menerimanya
Bisa duduk menunggunya
Tapi waktu memang berkuasa
Waktu mengubah semua

Tidak bisa lagi
Terlalu sepi
Terlalu sedih
Aku iri

Yang lain tidak menunggu
Tapi bisa saling bertemu
Kenapa hanya aku?
Kenapa takdir waktu?

Apa kau pun menungguku?
Atau hanya aku?
Mungkin ini hanya harapan palsu?
Atau ilusi waktu?

Tidak tahu harus apa
Terus menunggu
Atau memejamkan mata
Harus apa?


Bekasi, 1 Maret 2014

Sabtu, 26 April 2014

Poem Time~

MENUNGGU

Waktu berlalu
Dengan kehampaan hati
Aku menunggu
Sepi menemani

Aku menantimu
Diam tanpa tanya
Kuyakin kau pun begitu
Menanti saatnya

Saat kita bertemu
Di suatu tempat nanti
Aku akan mengenalimu
Hati ini akan mengenali

Aku yakin itu
Kupercaya takdir ada
Keajaiban dalam hidup
Yang akan menyatukan kita

Bekasi, 16 Januari 2014

Jumat, 25 April 2014

"My Machina"

“Ayo cepat, Sergo, keretanya sudah mau berangkat!” gerutuku.

“Baik, Nona Rebecca... Maafkan saya,” jawab seorang pemuda bermata biru. Dia berusaha berlari lebih cepat sambil menyeret dua buah koper ukuran besar. Kami berlari menuju pintu kereta. Aku berhasil masuk lebih dulu darinya.

Tiba-tiba terdengar pengumuman dari speaker di dalam kereta, “pintu kereta akan segera ditutup. Harap menjauh dari pintu. Terima kasih.”

Aku terkejut dan langsung berteriak, “Sergo! Cepat!”

“Aku datang!” Dengan sigap Sergo melemparkan kedua koper itu ke dalam kereta dan melompat masuk tepat sebelum pintu tertutup. Kereta tenaga matahari ini pun mulai melaju. Kami bernapas lega. Ralat, hanya aku yang bernapas lega. “Sergo, hari ini kau lambat sekali. Apa kau sudah melakukan perawatan mesin harianmu?” tanyaku kesal.

Kamis, 24 April 2014

Euphoria

Hari ini adalah hari besar... >///<
Bukan, ini bukan hari ulang tahunku. Tapi hari ini keanggotaanku di SCBWI sudah aktif... Akhirnya... Hari ini tiba juga. Setelah memenangkan sebuah lomba menulis cerpen anak, aku mendapat keanggotaan di SCBWI. Akan belajar banyak dari sana...

Rabu, 23 April 2014

"Tale of Santa Claus"

Hai hai... Aku kembali...
Hari ini aku ingin share sebuah cerpen. Cerpen ini aku buat untuk challenge Three Word Hall saat event Natal... Dan sebuah pengakuan, ini... Aku menulis cerpen ini dengan The Power of Kepepet... =w=" Jadi aku tidak sempat untuk membuatnya sedetail yang kuharapkan. Tapi aku lumayan puas bisa menyelesaikannya tepat waktu. Hasilnya pun lumayan.

Dengan sedikit kepanikan karena buruknya sinyal internetku waktu itu, aku berhasil mengirim cerpenku tepat dua menit sebelum tenggat waktunya... QwQ ahhhh pengalaman yang mengerikan. Pelajaran untukku untuk tidak pernah menunda-nunda pekerjaan. Ahahahahaha. Tak usah panjang lebar lagi, langsung saja... Ini dia, "Tale of Santa Claus"

Selasa, 22 April 2014

Sharing My Favorite Group ^^

Selamat pagi~
Untuk hari ini, aku mau berbagi tentang satu grup kepenulisan favoritku. Selain dari kecom aku juga belajar banyak dari grup fb ini. Dan grup itu adalah grup PEDAS-Penulis dan Sastra
N.B. Grup ini juga penerbit loh...

Dari sekian banyak grup yang sudah kudatangi, aku merasa nyaman di sini. Ini adalah grup teraktif yang pernah kudatangi. Di grup ini penuh dengan dokumen pembelajaran yang cukup lengkap untuk masalah kepenulisan. Admin yang mengelola grup berlambang cabai merah ini pun adalah orang-orang profesional dalam dunia sastra. ^^

Dokumen pertama yang akan dan harus kalian lihat saat bergabung adalah dokumen untuk anggota baru. Dokumen ini disematkan di bagian teratas page, jadi kalian tidak perlu susah-susah mencarinya. Di sinilah semua aturan yang ada akan dibeberkan. Kelihatannya mungkin banyak tapi nggak kok, biasa saja.

Pasti terkesan agak seram dan kaku kan kalau di awal saja sudah ada peraturan menanti? Tapi tidak. Justru sebaliknya, semua penghuni Pedas sangat bersahabat dan santai. Dari semua grup yang pernah kukunjungi cuma di sini yang terasa menyenangkan. Terasa seperti keluarga penulis di dunia maya :D

Aku sangat menyarankan bagi kalian yang ingin memasuki dunia sastra lebih dalam untuk bergabung ke grup ini. Ikuti aturan yang ada dan ikuti event serta kelas-kelasnya. Kalian akan belajar banyak. Jadi sekian dulu sharing dariku. ^^
Thanks for reading...

Senin, 21 April 2014

Writing Style and a Story (White Mask)

Selamat pagi~
Kembali lagi aku akan merusuh di sini :D

Hari ini aku mau bicara sedikit tentang gaya bahasa. Gaya bahasa mana sih yang benar?
Semuanya benar.
Gaya bahasa setiap penulis itu berbeda. Dan kalau sudah punya gaya sendiri, pasti susah kalau mau coba menggantinya. Cara kita menulis bisa menggambarkan karakter si penulis juga. Jadi itu yang membuat sulit untuk mengganti gaya bahasa kita, karena hal itu mirip dengan mengganti karakter kita sendiri. Tapi ada kalanya gaya bahasa kita terpengaruh dari penulis yang karyanya sering kita baca. Tapi itu pun bisa terpengaruh karena kita merasa nyaman saat membacanya kan? Jadi sama saja... Pada akhirnya gaya bahasa kita akan menunjukkan karakter kita.

Setelah kita menemukan gaya bahasa yang tepat, cara penggambaran yang tepat (ada yang cenderung menggambarkan apa yang tokoh lihat, ada yang cenderung ke arah perasaan tokoh, dll.), cara kita menulis (dengan pena? Komputer? Laptop?), dan lain-lain serta mengasahnya dengan sering membaca dan menulis maka itu pasti. Kalian pasti akan jadi penulis handal suatu hari nanti. Aku yakin itu. Aku sendiri butuh waktu untuk menemukan gaya yang tepat jadi jangan khawatir kalau kalian belum menemukannya.

Cuma info... Gaya bahasaku itu cenderung menulis dalam kalimat yang singkat dan to the point. Cenderung menggambarkan perasaan tokoh. Kelihatan kan di setiap cerpenku? Lalu aku lebih memilih mengetik dengan laptop, lalu...
//Sudah Wyn, ayo lanjut... =w="

Pada awalnya kalian juga pasti akan kesulitan saat mulai menulis. Aduh, waktunya lagi nggak pas... Atau, aduh, lagi nggak mood. Yah, aku nggak akan menyalahkan. Jika kalian masih pemula itu memang wajar. Tapi pada akhirnya kalian harus belajar mengatur mood sendiri. Kalau mau menjadi penulis yang profesional, tidak bisa terus bermanja pada alasan waktu atau tempat yang tidak tepat. Konsentrasi, hanya itu yang kita butuhkan. Dan aku telah belajar membuat zonaku sendiri. Aku bisa memaksakan diri tetap menulis meskipun mood sedang naik turun. Yah, saat aku membuat zonaku sendiri, aku jadi tidak bisa dengar apa-apa selain isi pikiranku sendiri. Itu membuat orang lain sering mengoceh karena merasa diabaikan olehku. Tapi... Bahkan aku tidak sadar orang itu sudah ada di dekatku dari kapan. *cry* Tapi ya sudahlah. Apa mau dikata. Hahahahaha... "Maaf, ulang dong tadi ngomong apa..." :P

Iya, itu memang tidak baik... Orang lain jadi susah. Makanya aku selalu bilang ke orang lain dulu kalau mau mulai nulis. Supaya mereka nggak ngomel dan memanggilku untuk merespon dulu... Hehehehe... Ya sudah, sekian dulu saja... Sekarang saatnya post cerpen baru... Dan maaf, sekali lagi temanya agak sedikit berdarah tapi tidak sebanyak yang kemarin... Maklum, waktu itu aku lagi belajar membuat tema misteri dan gore. Jadi ya begitu... Dan inilah dia, "White Mask". Selamat membaca.

Minggu, 20 April 2014

"That Biscuit"

Selamat Paskah bagi mereka yang merayakan ^^
Dan selamat pagi untuk semuanya... Untuk hari ini aku akan share satu cerpen yang berdasarkan kisah nyata alias benar terjadi padaku. Benda utama dalam cerita ini? Biskuit... Ada apa dengan biskuitnya? Silahkan baca dan cari tahu :D ahahahaha...

Tapi kenapa aku menulis ini? Karena aku ingin mengabadikan satu momenku bersama sahabat-sahabatku. Mereka yang selalu menemani dan menolongku.

Selamat membaca dan terima kasih sudah mau mampir~
"That Biscuit"
 

Sabtu, 19 April 2014

"Additional Life"

Pagi... ^^
Gimana tidurnya semalam? Ada mimpi yang seru? Sering bermimpi? Aku sering.
Seperti yang kuberi tahu sebelumnya, alasan aku mulai menulis adalah kecintaanku pada novel dan banyaknya mimpi keren yang sayang kalau sampai terlupakan. Dan khusus hari ini, aku akan post salah satu cerpen yang terinspirasi dari mimpiku. Dengan sedikit tambahan di sana sini dan suasana yang agak tegang, inilah dia "Additional Life". Cerpen kali ini akan sedikit lebih panjang daripada yang biasanya. Hmmm... Nggak deh, jauh lebih panjang. Mungkin ini dua kali lebih panjang dari cerpen yang biasa. Dan cerpen ini ber-genre science fiction. Tapi tenang post ini tidak akan memotongnya, aku akan kirim semua sekaligus jadi kalian tidak perlu menunggu untuk membaca akhirannya. Karena aku pun tidak suka menunggu, rasanya menyebalkan. Hahahaha. Jadi selamat membaca~

Perhatian!
Dalam cerpen ini adegan penyekapan dan penyiksaan. Jadi ada elemen darah di dalamnya dan jika takut dengan darah, kusarankan tidak membacanya. Terima kasih.

Jumat, 18 April 2014

Title and Opening

Morning all... Dan selamat Jumat Agung bagi yang merayakan ^^
Untuk hari ini, aku mau membicarakan masalah judul dan pembuka yang baik untuk sebuah cerita. Begini, banyak yang bilang don't judge the book by its cover. Tapi bagaimana pun juga cover buku adalah hal pertama yang kita lihat. Sama halnya dengan cerpen.

Untuk cerpen, judul adalah hal pertama yang dilihat. Jadi ini adalah elemen yang juga sangat penting selain isi cerita. Dalam membuat judul ada baiknya kita menggunakan judul yang sesuai dengan isi ceritanya, itu sudah pastilah ya? Mungkin bisa membuat judul dari kejadian atau benda yang memegang peranan penting dalam cerita. Atau mungkin kita bisa menggunakan nama tokoh utamanya. Atau yang lainnya.

Satu hal yang harus diperhatikan. Judul harus dibuat menarik dan TIDAK BOLEH membocorkan isi cerita kita! Dalam hal membocorkan isi cerita, ini biasanya terjadi dalam menulis cermin (cerita mini). Cermin biasanya hanya terdiri dari beberapa kalimat dan jauhhhhh lebih pendek dari cerpen. Masalah cermin akan kita bahas lebih lanjut di lain waktu, kita fokus dulu pada masalah judul. Misalnya begini, kita membuat cerita yang memiliki twist di bagian akhir. Eh... Judulnya malah menggambarkan dengan jelas twist itu sendiri. Berarti kita sudah membocorkan bagian penting cerita kita sendiri dan elemen kejutan pun langsung hilang. Jadi hati-hati ya dalam memilih judul...

Sekarang tentang paragraf pembuka... Paragraf pembuka akan jadi penentu kesan utama untuk cerita kita. Awal yang hambar bisa membuat pembaca malas untuk melanjutkan. Awalan standar seperti "Di suatu siang, A sedang jalan-jalan" sangat tidak disarankan. Ada baiknya kita mulai dengan pembukaan yang membuat penasaran para pembaca.

Kalimat pembuka yang menegangkan adalah contoh yang baik. "Aku berlari dan terus berlari. Napasku kacau. Aku tidak tahu harus apa. Hanya bisa terus berlari." Yang seperti itu...
Contoh lain... Bisa saja yang seperti ini... "Kucoba untuk tetap tersenyum di depan yang lain, tapi aku tidak tahan dengan kepalsuan ini. Aku ingin mengakhiri semuanya."
Intinya, buatlah pembaca penasaran dulu...

Kenapa tiba-tiba aku membahas masalah ini? Karena banyak penulis pemula yang mengalami masalah dalam kedua hal ini. Dulu aku pun begitu... Aku akan menghabiskan waktu lebih lama memikirkan pembukaan yang bagus. Awal yang tepat dan menarik hati. Dan judulnya, aku selalu membuat judulnya setiap pertengahan atau setelah selesai menulis ceritaku. Hahahahaha... Orang selalu bingung kalau aku lagi coba menulis. "Katanya mau nulis? Kenapa malah melototin laptop doang?" Begitu kata mereka. Maklumlah, aku agak perfeksionis. Jadinya agak lama kalau mikirin kedua hal itu. :P

Jadi untuk kalian yang mau menulis. Buatlah semenarik mungkin yah... Terutama untuk yang mau menulis cermin (cerita mini) atau FF (Flash Fiction) yang super pendek. Para penulis pemula masih sering salah memilih judul karena membocorkan kejutannya. Mulailah cerita kalian dengan menarik dan pikatlah hati para pembaca... ^^ Jadi, selamat mencoba...

Kamis, 17 April 2014

Character and a Story (The Exile)

Hai hai... Gak sadar udah malam. Perasaan tadi masih terang benderang, mendadak bulan udah nongol aja...
Nah, untuk hari ini... Aku pingin bahas sedikit tentang "perasaan saat menulis" #kumat lebaynya

Jadi begini, yang namanya menulis, perlu yang namanya pendalaman karakter. Kenapa? Untuk memastikan sifat karakter kita nggak berubah sembarangan. Contoh, di awal cerita kita bilang kalau si A (baca: tokoh utama) takut sama anjing. Seiring berjalannya cerita, si A ketemu seekor anjing dan bisa langsung teriak "kyaaa, lucu bangetttttt..." trus peluk anjingnya. Tetottt... Perubahan drastis yang gawat. Dan juga, supaya kita tahu apa saja yang mungkin dan yang nggak mungkin dilakukan si A. Beberapa penulis pemula pasti pingin menulis banyak hal. Pingin karakter dia melakukan ini, itu, banyak sekaliiii... *malah nyanyi* Tapi dia lupa, kalau dengan karakter si A yang demikian, ada beberapa hal yang si penulis harap akan dilakukan si A mustahil dilakukan oleh A. Ini kesalahan yang masih lumayan sering terjadi.

Maka dibutuhkanlah yang namanya pendalaman karakter. Jangan paksa tokoh melakukan yang kita mau, tapi lihat apa yang dia mau dan akan dilakukan. Bisa dibilang, ikuti saja ke mana arus membawa. Terkadang si tokoh itu bisa mengejutkan kita sendiri kalau kita biarkan dia bergerak bebas. Kita bisa mendapat adegan yang bahkan kita nggak sangka-sangka akan ada. Bisa dibilang kita harus punya chemistry dengan tokoh kita supaya cerita kita lebih realistis dan natural, meski cerita kita adalah cerita fiksi. Jangan karena cerita fiksi fantasi kita bisa merubah sifat A sembarangan... Nanti si A bisa marah karena dibuat kayak bocah galau yang sifatnya berubah melulu. =w=" ahahahaha

Sedikit tips juga, kalian bisa menuliskan sifat-sifat karakter yang akan kalian buat dulu supaya bisa lebih detail. Dan biasakan untuk mengedit karya kalian setelah selesai dibuat. Cek dan cek ulang lagi. Pastikan EYD sudah benar, tidak ada plothole, tidak ada typo. Untuk masalah plothole, mungkin kita selaku penulis kadang suka gak sadar saking keenakan nulis. Jadi kalian bisa cari seseorang untuk membaca cerita kita yang masih dalam proses, atau setelah menulis... Tunggu beberapa waktu sebelum dibaca ulang. Itu bisa membantu...

Nah, sekian penjelasannya hari ini... Untuk menemani kalian di malam yang indah ini, aku akan post sebuah cerpen karyaku yang termasuk favoritku sendiri (seneng banget pas selesai nulis ini). Favoritku karena feeling pas lagi nulis tuh dapet banget. Ini kisah dari sesosok malaikat kematian... Yang beda dari biasanya. "The Exile"
Enjoy~

Rabu, 16 April 2014

~Poem Time~

Kadang-kadang kepingin juga coba buat puisi... Jadi, inilah dia... Puisi pertamaku yang dibuat di luar tugas sekolah. "Kembalilah"
Enjoy ^^

Selasa, 15 April 2014

"The Grim and Her Pet"

"Selamat pagi semuanya. Selamat datang di Museum Lukisan Bradford. Nama saya Sofia, dan saya akan menjadi pemandu kalian pagi ini."

Ah, itu bukan aku. Aku hanyalah seorang pecinta lukisan yang sedang datang berkunjung. Bersama kerumunan pengunjung lain, aku pun masuk ke dalam museum dipimpin oleh gadis pemandu berambut cokelat ikal itu.

Museum yang cantik. Aku suka dengan warna keramik yang dipilih untuk dinding dan lantainya, cokelat muda yang cantik.
Setelah melalui lorong masuk, kami sampai di sebuah ruangan besar. Dan mataku pun langsung dimanjakan oleh beragam lukisan cantik beraneka warna. "Pertama-tama, mari kita lihat kumpulan lukisan karya Van Gogh," kata sang gadis. Tepat di saat itulah aku langsung meninggalkan kerumunan. Karena hari ini, aku ingin melihat sebuah lukisan yang berbeda dari yang lain. Sebuah lukisan yang spesial.

Aku pergi ke sayap barat dari museum ini. Melewati beberapa lorong. Hingga akhirnya aku sampai ke tempat yang lebih sepi. Karena di tempat itu, ada sebuah lukisan yang terkenal. Lukisan yang pelukisnya anonim. The Grim and Her Pet.

Goes to Small Competition

Selamat sore~

Kembali lagi ku 'kan bercerita ^^
Kali ini kita masuk ke kisah berikutnya dimana aku mulai masuk ke perlombaan...
Saat sedang searching berbagai page facebook, aku menemukan satu yang menarik. Sebuah page yang memberikan tantangan menulis dengan tiga kata sebagai temanya. Mungkin sebagian dari kalian pernah mendengarnya dan mungkin juga tidak.Namanya adalah Three Word Hall...

Page ini selalu memberikan tantangan mingguan dengan menyajikan tiga paket yang bisa dipilih peserta. Dua paket adalah paket kata. Setiap paket akan berisi tiga kata yang harus digunakan dalam cerpen yang kita tulis. Jelas tiga kata yang ada dalam tiap paket akan sangat "menarik" paduannya. Dan paket terakhir adalah paket gambar. Akan diberikan sebuah gambar yang harus dijadikan acuan penulis dalam membuat cerpennya.

Aku menemukan page ini tepat pada saat event halloween berlangsung... Lombanya jelas bertema horor. Lagi, dengan kenekatan hati ini aku pun mengikuti lomba itu. Dan, siapa sangka? Pendatang baru ini langsung berhasil menjadi tiga besar. Aku berhasil meraih peringkat satu dan dua sekaligus. Hahahahaha *sombong*

Sebenarnya itu seri... Jadi aku dan seorang penulis lain mendapat poin yang sama, makanya bisa dapat dua peringkat sekaligus begitu. :P

Yang lebih tidak disangka-sangka lagi, ternyata aku yang benci film horor bisa menulis cerita horor. Aku paling benci film horor yang banyak scare jump-nya. Aku tidak suka dikageti dengan cara begitu =w="

Karena itu juga, aku bisa tahu jelas adegan yang mengerikan seperti apa dan bisa membuat situasi yang lumayan tegang. Jadi begitulah... ^^ Tanpa panjang lebar lagi, ini dia cerpenku yang berhasil menang itu... "The Grim and Her Pet"

Senin, 14 April 2014

Let's Take a Look

Selamat pagi.. :))
Akhirnya trio cerpen Too Late sudah ku-post semua... Jadi sekarang waktunya membahas beberapa kesalahan teknis yang ada dalam cerpen.

Pertama, sesungguhnya tidak boleh menuliskan angka kalau angka itu hanya terdiri dari satu kata. Ehmm... Supaya lebih mudah, kuberikan beberapa contoh...
  • 1 = harus ditulis -> satu
  • 100 = harus ditulis -> seratus
  • 12 = dibaca "dua belas", lebih dari satu kata, jadi boleh ditulis dengan angka
  • 13.321.654 = bayangkan rumitnya nulis ini dalam versi kata-kata, jadi jelas boleh ditulis dalam bentuk angka
Nah, dalam cerpenku ada banyak angka satuan yang ditulis dalam bentuk angka. Tapi... Kenapa ada aturan begitu sih? Sebenarnya memang sebisa mungkin kita menulis dalam bentuk kata-kata, supaya enak dibaca... Tapi kalau kepanjangan juga susah... Bacanya ribet, makan tempat pula...

Kedua, dalam penulisan dialog ada kesalahan teknis dalam penggunaan huruf besar. Huruf pertama dari awal suatu kalimat dialog harus ditulis dalam huruf kapital.
Contoh:
"Aku menyesal," katanya.
Dia berkata, "Aku menyesal."
Dan seperti yang kalian lihat, kesalahan yang satu ini terjadi beberapa kali dalam cerpenku itu.

Di beberapa cerpen berikutnya mungkin kesalahan ini masih akan terus bermunculan dan bahasanya masih kurang mengalir, karena aku belum bergabung dengan grup kepenulisan berikutnya yang sangat banyak mengajarkanku masalah teknis penulisan... Jadi aku akan jelaskan kesalahan yang ada sedikit demi sedikit. Kalau ada pertanyaan seputar masalah teknis lainnya, tanyakan dan akan dengan senang hati kujawab ^^

Terima kasih sudah membaca~

"Too Late: Princess POV" (3/3)

Menjadi seorang putri, menikahi pangeran tampan yang menyelamatkan nyawamu dari penyihir jahat dan naga, lalu hidup bahagia selama-lamanya. Sungguh suatu dongeng yang klasik. Klasik tapi tetap menawan. Bahkan hampir semua wanita di dunia berharap mimpi indah itu menjadi kenyataan. Kalau melihat dongeng itu, syarat pertama untuk menjadi bahagia...adalah menjadi seorang putri. Dan itulah aku, Putri Veronica dari kerajaan Lochshire.
Tapi sepertinya, mimpi indah itu tetap tidak akan terwujud padaku meski aku adalah seorang putri. Karena jodohku, sudah ditetapkan. Pangeran Rowan... Aku sudah dijodohkan dengannya sejak masih bayi. Bahkan kami sudah bertunangan sekarang. Pangeran Rowan, pangeran dari kerajaan Lorania, adalah pangeran yang dikenal bertabiat buruk. Awalnya aku berharap - benar-benar berharap - itu semua hanya gosip belaka. Aku salah. Gosip-gosip itu benar. Saat kami pertama bertemu, aku bisa langsung melihat buktinya. Pada pelayannya dia bertindak kasar. Pada para pengawal dia mengamuk. Dan padaku, dia sering menyakitiku. Dia selalu bilang kalau dia membenci aku dan semua kepalsuanku.

"Aku tidak akan tertipu pada topeng sok sempurnamu," bentaknya. Aku tidak mempedulikan semua perkataan kasarnya padaku mengingat aku memang tidak melakukan kesalahan apa pun. Tapi aku tidak bisa tidak peduli dengan tindakannya.

Saat sedang di taman, dia pernah mendorongku jatuh dengan alasan terganggu dengan kehadiranku. Saat aku melihat dia sedang sendirian, dia menamparku yang tadinya ingin menemaninya. Dan banyak lagi. Terlalu menyakitkan untuk menceritakan semua. Hanya demi kerajaanku saja aku bisa tetap bertahan. Lochshire sebenarnya tergolong sebuah kerajaan kecil. Dan dengan pernikahan kami, aku bisa menyatukan kerajaan Lochshire dengan kerajaan Lorania yang merupakan salah satu kerajaan besar sehingga kerajaan kami bisa menjadi lebih makmur. Juga mencegah perang.

Kalau pertunangan ini sampai batal, kami khawatir Raja Lorania akan tersinggung dan menyatakan perang. Karena inilah aku harus bersabar. Demi kemakmuran kerajaanku aku bisa terus bertahan. Dan juga... Sebenarnya ada satu hal lagi. Aku bisa tetap tegar berkat seekor kupu-kupu. Aku tahu ini terdengar bodoh. Tapi... Setiap aku merasa sedih, kupu-kupu itu, kupu-kupu hitam kelabu yang sama. Dia selalu datang, seolah berusaha menghiburku. Beberapa kali aku merasa seperti ada yang sedang mengawasiku, di saat itulah aku menemukan kupu-kupu itu sedang terbang di kejauhan. Dia seperti selalu ada bersamaku. Tanggal pernikahan sudah semakin dekat, aku pergi berkunjung ke Lorania untuk beberapa hari. Dan aku yakin telah menerima sekitar 6 tamparan selama aku berada di sana.

Kemudian aku kembali ke Lochshire, Rowan juga ikut bersamaku. Untungnya kami pulang dengan kereta kuda yang berbeda. Akhirnya... Ketenangan, meski tidak lama. Malam harinya, aku berjalan sendirian ke taman. Berusaha memantapkan hatiku untuk merima nasib ini demi kerajaanku.

Di tengah keheningan malam dan cahaya temaram dari bulan purnama, seseorang memanggilku. "Veronica..." Suara yang asing, aku terkejut saat mendapati yang memanggilku adalah Rowan. "Ya, pangeranku?" Saat sinar bulan menerpanya, aku melihat ada yang berbeda. Mata Rowan yang seharusnya berwarna biru, kini berwarna abu-abu.

"Siapa kau?" tanyaku panik.

"Apa maksudmu? Ini aku Rowan..."

"Bohong! Suara dan matamu, semua berbeda!" pekikku, "penja-"

Mendadak suaraku tertahan, bahkan tidak bisa keluar sama sekali. Pria yang mirip Rowan itu mendekatiku. "Tenanglah, Putriku sayang... Aku bukan orang jahat. Aku benar adalah Rowan..."

Suaraku masih tidak bisa keluar, aku bergeming saat dia semakin mendekat. Dia menghela napas. "Baik aku mengaku. Tapi jangan khawatir..." lanjutnya sambil mengelus pipiku, "mungkin kau masih terlalu takut, tapi besok... Akan kujelaskan semuanya besok." Lalu semua berubah gelap.

***

Aku terlonjak bangun. Saat sadar aku sudah berada di tempat tidurku, bahkan matahari sudah mulai tinggi. "Selamat pagi, Yang Mulia," ujar seorang pelayan wanita. "Pa-pagi," jawabku. Aku termenung sejenak. Kemarin itu... Pria bermata kelabu... Mimpi?

"Ada apa Yang Mulia? Apa Anda merasa kurang sehat?" tanya pelayan itu khawatir.

"Ti-tidak... Aku...aku baik-baik saja," jawabku tergagap, "hanya habis mengalami mimpi yang aneh."

Aku pun beranjak ke ruang makan seusai mandi dan berganti pakaian. Di sana, ayah dan Rowan duduk menanti. Para pelayan sedang sibuk menata makanan dan peralatannya. Ayahku, sang Raja, menatapku gembira, "selamat pagi, Putriku sayang..."

"Pagi, Ayah..." jawabku. Rowan menatapku sambil tersenyum. Itu tidak biasa. Saat kulihat warna matanya, abu-abu. Kemarin itu bukan mimpi!

"Ayah! Dia!" pekikku kaget. Ayah malah tertawa, "tenanglah, Sayang," ucapnya lembut. Dia bangkit berdiri lalu membimbingku duduk di sebelahnya, tepat di seberang 'Rowan'.

"Begini, Sayang. Biar ayah jelaskan... Semua kabar yang tersebar kalau Pangeran Rowan adalah seorang yang kasar, itu semua sudah diatur. Hanya rekayasa."

Aku membeku, "apa?"

"Iya, semua sudah diatur sejak aku kecil, orangtuaku yang merencanakan semua ini. Mereka... Mereka hendak mencari istri yang tepat bagiku. Yang menerima diriku apa adanya. Maka kami menciptakan situasi ini. Semua hanya rekayasa. Maafkan semua tindakanku yang berlebihan selama ini 'ya..." jawab 'Rowan'.

Apa-apaan ini? "Ayah! Dia bukan Rowan! Lihat matanya! Rowan yang asli bermata biru! Matanya abu-abu!" Ayah malah menatapku bingung.

"Apa maksudmu, Sayang? Sejak awal mata Rowan berwarna abu-abu." Aku terhenyak. Di kursinya, 'Rowan' menatapku sambil nyengir. Ayah tertawa, "oh, Sayang. Kau pasti salah ingat. Sudahlah, sebaiknya kita segera makan. Pangeran Rowan juga pasti sudah lapar." Rahangku mengencang. Ini tidak benar. Tapi aku tidak bisa apa-apa. Ada yang tidak beres. Aku yakin sekali Rowan bermata biru. Jadi aku duduk dan makan dalam diam sementara Ayah bercengkerama dengan siapa pun itu di hadapanku.

Siangnya, aku jalan-jalan ke tepi hutan. Berharap aroma pinus bisa menyegarkan kepalaku. Di belakang 4 orang ksatria berjalan mengawalku. Aku jadi berpikir... "Aaron," panggilku. Salah satu ksatria itu menghampiriku, "ya, Yang Mulia?"

"Katakan, apa kau tahu warna mata Pangeran Rowan?"

"Tentu saja Yang Mulia, warna mata Pangeran Rowan adalah bi-" Seekor kupu-kupu hitam kelabu mendadak muncul di antara kami sebelum dia terbang pergi. Kupu-kupu itu lagi, tapi ini bukan saat untuk memikirkannya.

"Ya? Apa warnanya?" tanyaku lagi. Hening sejenak. "Aaron?" panggilku.

"Ah, maaf Yang Mulia. Tanpa sadar aku melamun. Warnanya abu-abu, Yang Mulia."

Aku terperanjat. Apa yang terjadi? Aku yakin dia mau bilang biru tadi! Tiba-tiba Rowan muncul dari belakang para ksatria. Mereka pun memberi hormat padanya dengan membungkuk. "Selamat siang, Ksatria. Maaf aku mengganggu tugas kalian..."

"Tidak, tidak sama sekali, Yang Mulia," jawab Aaron cepat-cepat.

"Kalau begitu, boleh aku meminta bantuan kalian?" tanyanya. "Tentu saja, Yang Mulia. Apa yang bisa kami lakukan untuk Anda?" "Aku ingin berjalan-jalan berdua saja dengan Putri. Bisakah?"

"Ah, tapi kami diperintahkan untuk terus mengawal beliau..."

"Tenanglah. Aku yang akan menjaganya." Aaron dan para ksatria saling menatap untuk sesaat. Aku mau menolak, tapi aku tidak tahu harus mengatakan apa di hadapan para ksatria.

"Baiklah, Yang Mulia. Kami mohon undur diri." Aku bergidik. Saat para ksatria pergi, ingin rasanya aku berteriak memanggil mereka kembali.

"Putri... Ikutlah bersamaku." Aku ragu-ragu saat Rowan ini menjulurkan tangannya. "Percayalah padaku, jika aku jahat, aku pasti bisa melakukan yang terburuk dari awal." Aku tertegun. Itu ada benarnya. Aku pun memegang tangannya dan dia membimbingku memasuki hutan. Tangan yang hangat. Kehangatan yang tidak pernah bisa diberikan Rowan yang asli. Rowan yang asli hanya bisa memberikan rasa panas menyengat di permukaan kulitku.

Aku tersadar dari lamunan saat Rowan yang ini memanggilku, "Veronica..."

"Ya?" Saat sadar aku sudah berada di tengah hutan Lochshire.

"Aku memang bukan Rowan," sudah kuduga, dia melanjutkan, "aku adalah seorang penyihir pengembara. Namaku Ralph dari Norvana Utara."

"Apa yang kau lakukan dengan berpura-pura jadi Pangeran Rowan? Di mana Rowan yang asli?"

"Rowan yang asli, dia sudah tidak ada. Maksudku, tidak di sini. Dia sudah pergi. Dia menginginkan kebebasan. Jadi aku mengabulkannya dengan menggantikan posisinya."

"Apa maksudmu? Jangan bohong, kau pasti mau menjadi raja dengan cara yang licik?" tanyaku dengan nada meninggi.

"Tidak. Menjadi raja sama sekali tidak terbesit di benakku. Yang kuinginkan, adalah menjadi pangeran yang sempurna untukmu, Malaikatku sayang." Aku terhenyak.

"Kau bahkan tidak mengenalku!" ucapku.

"Tidak, Putri. Sebaliknya. Aku sangat mengenalmu. Bahkan kau sebenarnya mengenaliku juga. Dalam wujud yang berbeda." Sebuah tongkat mendadak muncul di tangan Ralph. Dia mengangkatnya dan dalam sekejap dia berubah menjadi seekor kupu-kupu hitam kelabu.

"Kau..." gumamku tidak percaya. Ralph kembali ke wujud manusia. Dan tanpa sadar, kakiku mulai berlari membawaku masuk ke kedalaman hutan. Dari kejauhan aku bisa mendengar namaku dipanggil. Tapi aku tidak peduli. Ada penyihir dan dia melakukan sesuatu pada Pangeran Rowan yang asli. Aku tidak boleh percaya padanya. Dia pasti bohong. Dan sepertinya dia bisa menghipnotis orang. Seperti yang terjadi pada Aaron, itu pasti bagian dari sihirnya. Aku tidak tahu harus apa...

"Aaaah!" Aku tersandung akar dan jatuh. Aku meringis saat sadar kakiku terkilir. Saat mencoba duduk, lengan gaun biruku tersangkut semak berduri dan sobek. Tapi aku mengabaikannya. Aku duduk dalam diam. Haruskah aku melawan penyihir itu, atau tidak? Dia adalah kupu-kupu itu. Kupu-kupu yang selalu hadir saat aku sedih. Yang selalu menemaniku. Memang dia menipu semua orang dengan sihirnya. Tapi...

Suara gemerisik daun di kejauhan menyadarkanku dari lamunan. Dilanjutkan suara yang mirip langkah kaki yang berat. Aku menoleh, tubuhku gemetar. "Siapa?" tanyaku dengan susah payah. Seekor beruang hitam besar muncul dari balik pepohonan. Tanpa sadar aku memekik kaget. Beruang itu menggeram marah dan berdiri dengan kedua kaki belakangnya. Hendak mengayunkan cakar depannya ke arahku. Aku mencoba bangkit dan kabur. Tapi kakiku yang terkilir membuatku jatuh terduduk. Aku memekik saat cakar itu mengarah padaku. Kupejamkan mataku karena takut. Semua berubah hening. Apa yang terjadi?

Saat aku membuka mata, "kau tidak apa-apa, Putri?" tanya Ralph dengan darah yang mengalir keluar dari mulutnya. Cakar beruang itu menancap ke punggungnya. Belum sempat membuka mulut, beruang itu kembali menggeram dan mengayunkan cakarnya yang lain. Ralph mengangkat tongkatnya tinggi dan sebuah bola api kelabu muncul di udara. Bola api itu terbang ke arah sang beruang. Dia mulai melangkah mundur. Beruang itu menggeram keras tapi akhirnya memutuskan untuk kabur.

"Syukurlah kau tidak apa-apa, Putri..." gumam Ralph. Dia terbaring lemas di tanah sambil menatapku lega.

"Bodoh! Kenapa kau tidak menggunakan sihir saja sejak awal? Kau 'kan jadi tidak perlu terluka!" bentakku sambil memeriksa punggungnya yang terluka. Dia malah tertawa pelan, "aku tidak bisa berpikir jernih saat melihatmu dalam bahaya." Matanya memejam.

"Hei, Ralph... Ralph?" panggilku. Dia pingsan. Aku melihat tongkat yang ada di tangannya. Aku mengambilnya lalu menjadikannya alat untuk membantuku berjalan. Harus segera memanggil pertolongan untuk Ralph, hanya itu yang ada di benakku. Sambil berjalan terseok-seok, aku membuat keputusan. Aku...akan diam.

***

Menjadi putri, menikahi pangeran tampan yang rela menyelamatkanmu dari naga dan penyihir, hidup bahagia selamanya. Kurasa aku sudah menyerah dengan mimpi itu. Karena sekarang, aku yang seorang putri ini malah akan menikah dengan penyihir yang menyelamatkanku dari pangeran kejam dan hidup bahagia selamanya. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Rowan yang asli, tapi aku percaya pada Ralph. Aku yakin dia melakukan sesuatu yang baik untuknya. Kuputuskan untuk tidak bertanya sekarang. Mungkin nanti. Saat Ralph mau menunjukkan wujud aslinya padaku.

Aku akan sabar menunggu. Kisah mengenai Pangeran Rowan yang kejam pun sirna. Dengan sihirnya, Ralph berhasil menghipnotis Raja dan Ratu Lorania. Membuat semuanya sesuai dengan kisah yang ia bangun. Semua kekasarannya adalah kepalsuan belaka, dan mata Rowan yang asli memang berwarna abu-abu. Mungkin aku salah karena membiarkannya. Mengingat aku tidak tahu pasti nasib Pangeran Rowan. Tapi mungkin juga tidak. Aku tidak tahu. Karena satu hal yang aku yakin pasti. Ralph adalah yang terbaik bagiku. Bersamanya, aku akan hidup bahagia selama-lamanya.

Minggu, 13 April 2014

"Too Late: Magician POV" (2/3)

Angin berhembus pelan, burung berkicau dengan merdu, langit biru yang luas, matahari bersinar cerah, apa yang lebih baik dari ini semua? Mengembara dengan bebas dari pulau ke pulau. Menikmati keindahan bumi ini. Itulah kesenanganku.

Saat ini aku tengah berbaring di bawah pohon ek. Menikmati suasana hutan Lochshire. Membiarkan angin menerpa tubuhku dengan lembut. Seekor burung mendarat di sampingku, berkicau seolah menyapaku.
Aku tersenyum. "Apa kau lapar?" tanyaku sambil menjentikkan jari. Tasku yang tergantung di ranting pohon ini pun melayang turun.

Kugerakkan sedikit jariku, sepotong roti yang ada di dalam tas melayang keluar. Terpotong di udara hingga jadi remah-remah kecil sebelum mendarat lembut di atas tanah. Burung gereja cokelat itu berkicau senang dan memanggil teman-temannya. Lima ekor burung gereja lain datang dan bergabung untuk makan.

Ah, aku sungguh tidak sopan, perkenalkan... Namaku Ralph, sang penyihir pengelana dari Norvana Utara. Kebebasan adalah jalan hidupku. Menjelajahi dunia yang tak terbatas. Berjalan tanpa tujuan dan menemukan kejutan indah yang disediakan alam.

Tapi...kurasa aku harus segera mengakhiri jalan hidupku yang tanpa arah ini. Karena kini aku telah menemukan sebuah tujuan di sini, di Kerajaan Lochshire ini. Aku bertemu dia... Putri Veronica. Mata hijau emerald yang berbinar, senyuman seindah senyum malaikat, rambut cokelat yang halus. Cantik sekali.

Pertama aku bertemu dengannya, dia sedang berjalan di padang rumput. Tentu saja sambil dikawal beberapa ksatria yang siaga dengan pedang di pinggang. Tapi itu bukan masalah bagiku. Dengan sedikit sihir, aku menghampirinya dalam wujud kupu-kupu hitam kelabu. Dia menyambut kedatanganku dengan menjulurkan tangannya. Membiarkanku hinggap di tangannya yang selembut sutra.

Aku jatuh cinta. Hatiku terpikat pada malaikat ini. Sejak saat itu, aku terus mengawasinya. Memperhatikannya dari kejauhan. Mencari tahu segala tentang malaikatku ini. Dia suka membaca buku. Dia suka dengan teh beraroma mawar, tapi dia tidak begitu suka teh herbal. Aku juga tahu hewan-hewan apa yang dia takuti. Termasuk bagian yang terburuk. Malaikatku sudah memiliki tunangan.

Hatiku hancur. Dan semakin hancur saat tahu, tunangannya...adalah Pangeran Rowan dari Kerajaan Lorania.
Pangeran yang terkenal akan perilakunya yang kasar dan ucapannya yang menusuk. Aku tidak terima.

Kenapa malaikat secantik Veronica harus bertunangan dengan iblis kasar seperti itu? Aku membencinya - memang aku tetap tidak akan suka meski Veronica bertunangan dengan pria lain - tapi ini berbeda. Malaikat bersama iblis? Itu bodoh. Dan setiap kali aku melihat iblis itu menyakiti malaikatku, hatiku sakit... Sangat sakit.

Kenapa dia terus menyakitinya? Gadis lembut seperti dia, kenapa harus kau sakiti seperti itu? Tidakkah kau sadar betapa beruntungnya kau bisa mendapatkan dia?

Waktu demi waktu berlalu, tanggal pernikahan mereka semakin dekat. Aku mengikuti Veronica hingga ke Lorania. Sepanjang hari, iblis itu masih terus menyakiti malaikatku. Ini sudah kelewatan. Jika dia tidak suka dengan kesempatannya, maka aku yang akan mengambilnya.

Aku meninggalkan Lorania tepat lima hari sebelum tanggal pernikahan. Melakukan pencarian untuk rencana besarku. Setelah melakukan pencarian selama dua hari, aku menemukannya, ladang bunga Psevchaste. Sekilas bunga ini mirip dengan bunga mawar hitam. Yang membedakannya dari mawar biasa adalah duri dan tangkainya yang transparan bagai kristal.

Aku pun bergegas kembali ke Lochshire dengan sekantung penuh Psevchaste. Lalu langsung menuju ke danau Lochshire. Kuletakkan semua barang bawaanku ke tanah. Aku berlutut di tepi danau dan bercermin di permukaan airnya yang jernih. Menatap bayangan diriku sendiri untuk terakhir kalinya. Rambut cokelat sedagu, kulit putih, mata abu-abu. "Sampai nanti, diriku..." gumamku.

Aku pun bangkit dan memulai sihir besarku. Aku menumbuk halus semua bunga itu sambil menggumamkan mantra. Asap ungu tercipta dan mulai menguar ke udara. Asap itu semakin tebal sebelum akhirnya menelan seluruh tubuhku. Saat asap itu mulai menghilang, kutatap tanganku. Warna kulitku kini menjadi kecokelatan. Rambutku menjadi lebih pendek dan berubah hitam. Dan tubuhku, semuanya telah berubah. Mantra perubah wujud, berhasil.

Langkah berikutnya. Aku mendatangi kamar pangeran tampan kita, untuk memberinya sedikit pelajaran.
Aku menyeringai saat dia terkejut melihat sosokku yang tersembunyi sepenuhnya dalam jubah hitam, wajahnya pucat bagai batu kapur. "Kau mahluk menyedihkan, memperlakukan wanita yang penuh cinta seperti sampah... Memalukan..." ucapku.

"Siapa kau? Berani sekali kau datang tanpa diundang dan menceramahiku?" bentaknya.

"Aku? Aku hanya seorang pengembara. Merantau tanpa tujuan. Dan kau tahu? Kurasa aku akan berhenti merantau. Karena aku menemukan sebuah tujuan," ucapku sambil terkekeh, "kau mendapat kesempatan emas dan kau mengabaikannya. Jadi, kenapa tidak aku saja yang mengambil kesempatanmu itu?"

Pangeran bodoh itu mengambil pedang yang terpajang di perapian, hendak menyerangku. Tapi itu sia-sia. Dengan sedikit mantra, aku mengubahnya menjadi kecoak. Tawaku menggema ke seluruh ruangan saat kecoak buruk itu berputar-putar kebingungan. Dia bahkan sempat mencoba menubrukkan tubuhnya padaku.
"Yang MULIA... Tolong tenang. Kau harusnya bersyukur, aku tidak membunuhmu. Aku hanya mengubahmu...menjadi wujud yang paling sesuai untukmu. Kini kau tidak akan pernah bisa bertemu Veronica-ku lagi selamanya. Kau pasti senang... Ya 'kan?" ujarku sambil menyeringai. Aku membuka tudung jubahku. Dan gerakan kecoak itu berhenti seolah membeku. "Terkejut melihat dirimu sendiri, Pangeran? Tenanglah, aku bukan kembaranmu atau apa pun yang ada di pikiranmu. Aku cuma orang yang mau merebut posisimu. Itu saja..." lanjutku sambil tertawa puas. Aku pun pergi meninggalkan kamar itu, menuju ke tempat Veronica-ku.

Dia sedang sendirian di taman kerajaan. "Veronica..." panggilku lembut. "Ya, Pangeranku?" jawabnya. Aku tersenyum lebar.

Aku berhasil. Aku telah menemukan tujuan dan berhasil mendapatkannya. Malaikatku sayang. Kau milikku. Dan hanya milikku seorang.

Sabtu, 12 April 2014

"Too Late: Prince POV" (1/3)

Kau tahu? Menyesal...saat itu terjadi, rasanya sangat sakit. Itulah yang sedang kurasakan sekarang. Sambil bersembunyi di atas pohon ek yang rimbun aku menangis. Menyalahkan diri sendiri yang terlambat - sangat terlambat - sadar kalau gadis yang sedang duduk di kursi taman itu, gadis yang selalu bersamaku selama ini, aku mencintainya.

Gadis itu, Putri Veronica, duduk dengan anggun di atas kursi marmer itu. Sebuah buku terbuka di pangkuannya. Dia membaca sambil tersenyum. Senyumnya begitu cantik. Begitu cantiknya hingga mampu memukau semua pria yang ada di kerajaan ini. Senyum ini juga yang membuat namanya terkenal ke seluruh kerajaan di dunia ini.

Angin berhembus pelan. Meniup rambut cokelat gadis itu. Mata hijau emeraldnya dapat kulihat dengan jelas untuk sesaat. Lalu, gaun satin putih yang melilit tubuhnya, membuat dia nampak lebih sempurna lagi. Sayang, aku sudah tidak bisa muncul lagi di hadapannya. Tidak sekarang, tidak nanti, tidak akan pernah lagi. Aku bodoh telah menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan padaku.

Saat dia masih menjadi tunanganku. Aku menyia-nyiakan dia. Memperlakukannya dengan buruk. Dulu aku merasa dia hanya gadis sok tahu, yang selalu mengganggu dengan terus mengikutiku. Padahal harusnya aku sadar, dia masih mau mengikutiku, menemaniku. Aku, Pangeran Rowan. Kasar, pemarah, suka mencela, itulah aku.

Suatu hari, seorang penyihir pengembara muncul. Saat aku sedang sendirian di kamarku, dia muncul, dengan jubah hitam dan tongkat kayu yang sama tinggi dengan tubuh pria itu. "Kau mahluk menyedihkan, memperlakukan wanita yang penuh cinta seperti sampah... Memalukan..." ucapnya sambil menatapku dengan mata kelabunya.

"Siapa kau? Beraninya sekali kau datang tanpa diundang dan menceramahiku?" bentakku.

"Aku? Aku hanya seorang pengembara. Merantau tanpa tujuan. Dan kau tahu? Kurasa aku akan berhenti merantau. Karena aku menemukan sebuah tujuan," ucapnya sambil terkekeh.

Dan di sinilah aku sekarang, bersembunyi. Tidak bisa menampakkan wajahku. Seorang pria datang menghampiri Veronica. Tinggi, kekar, rambut hitam pendek, mata abu-abu. Si penyihir. Veronica tertawa saat penyihir itu mengecup kepalanya, "Ralph, kau ini..."

Sudah cukup, aku sudah tidak tahan lagi. Kuhapus air mataku, menunggu. Veronica meletakkan bukunya di kursi, pergi memetik bunga. Ralph duduk di sana, sendiri. Ini kesempatanku. Aku melompat turun, berusaha menerjang ke arah wajahnya. Tapi dia hanya menyeringai. Sebuah tongkat muncul di tangannya. Dalam sekejap aku sudah berada di tanah. Kakiku patah, antenaku putus, sayapku sobek, badanku terluka.

"Dasar pangeran bodoh, dalam wujud kecoak masih nekat melawanku?" ujar Ralph sambil terkekeh.

Aku hanya bisa meringis kesakitan. "Jangan mimpi, kau sudah punya banyak kesempatan. Aku memperhatikan kalian cukup lama. Dan kau selalu menyia-nyiakan dia. Kini dia milikku. Aku sudah menghapus keberadaanmu dari ingatan semua orang dengan sihirku. Kau sudah tiada. Seharusnya kau terbang pergi selagi kau bisa."

Veronica kembali dengan beberapa kuntum lili di tangannya. Ralph merapikan kemeja putihnya. "Ada apa? Kenapa memunculkan tongkatmu? Apa ada sesuatu?" tanya Veronica khawatir.

Ralph hanya nyengir, "tidak ada apa-apa, Sayangku. Hanya ada serangga pengganggu." Veronica terkikik, "begitukah, Pangeranku?" Lalu keduanya beranjak pergi.

Inilah akhirnya. Dengan tubuh hancur aku berteriak kesakitan di tengah taman, menanti datangnya maut dalam wujud yang paling ditakuti Veronica. Tidak ada yang mendengar teriakanku, tidak ada yang datang menolongku, tidak ada Veronica. Aku menyesal. Dan penyesalan ini sangat terlambat.

What's Next?

Selamat pagi...... ^^
Hari yang cerah~
 
Hari ini kumau bahas tentang karya keduaku... Sebenarnya, ini cerpen yang bisa dibilang cerpen gagal... :P secara... bisa dibilang plotnya hampir gak jelas. Gak ada depannya, buntutnya gak seru, terlalu cepat alurnya... Di kecom (baca: kemudian.com) pun dikomen kurang jelas dan plot hole bertebaran... Judul cerpennya... "Too Late"

Asal mula pembuatan cerpen ini...karena kepingin coba buat dongeng dengan sedikit twist. Dongeng kerajaan yang gak kayak biasanya. Karena dongeng pada umumnya pasti putri ketemu pangeran, sudden love in first sight... Hidup bahagia sampai selama-lamanya. Tamat. Terlalu biasa... jadi, TULISSSSS... Setelah kelar langsung kirim ke kecom. Dan dapatlah kritik sana sini~

Namanya juga baru belajar. Ya...modalnya cuma nekad dan terima kritik saran. Terus, karena ini salahnya di jumlah plot hole yang banyaknya gak ketolongan, sempet ngerasa kalau ini cerpen masih bisa dibenerin. Sayang banget kalau gak "dipercantik". Mendadak kepikiran kalau misalnya ceritanya gak bisa lengkap dari satu tokoh utama, gimana kalau pake sudut pandang tokoh lain juga?

Akhirnya jadilah trio cerpen dari "Too Late". Post berikutnya adalah cerpen pertama yang pure masih gak sepenuhnya jelas jalan ceritanya. Jadi kalau berasa ada yang kurang, ada unsur yang hilang, atau gak jelas... nantikan post berikutnya lagi ya~

Please enjoy... "Too Late" from the Prince POV

N.B. POV = Point of View (Sudut Pandang)

Jumat, 11 April 2014

I'm the King of the Day

Akulah sang raja... Aku bisa melakukan apa pun... Akulah sang raja, segala keinginanku akan dipenuhi hanya dalam satu perintah...

Di sinilah aku, berjalan diiringi keempat pengawalku berseragam lengkap dengan senjata tersimpan di pinggang mereka. Aku berjalan di depan mereka, melangkah dengan anggun penuh kepercayaan diri. Matahari bersembunyi di balik awan, menyembunyikan wajahnya seolah ikut memberi hormat padaku. Aku menyeringai, itu hal yang wajar, akulah sang raja. Tiba-tiba sebuah bola sepak menggelinding ke dekat kakiku. Diikuti seorang bocah laki-laki yang berlari mengejarnya. Pengganggu... Pengacau... Dasar perusak! Ah, aku ingat... Dulu aku juga pernah bertemu seorang pengganggu, sebelum aku menjadi raja yang agung. Aku menendangnya, merantainya, mengiris wajahnya, lalu dengan api aku-

"Hentikan! Kau mengganggu sang raja! Pergi!" Teriak salah satu pengawalku. Bocah itu terkejut lalu berlari pergi dengan gemetar. Pengawalku yang lain datang, memungut bola itu dan melemparnya jauh-jauh. Benar juga, kenapa aku harus repot-repot bertindak? Aku adalah raja... Pengawalku ada untukku. Aku tersenyum puas. Kedua pengawalku membungkuk memohon maaf atas gangguan tadi, lalu kembali ke posisi mereka semula. Aku kembali berjalan. Di langit beberapa burung gereja terbang sambil mengepakkan sayap kecil mereka. Angin berhembus lembut menerpa jubah beludruku. Sangat menyenangkan. Di sungai beberapa ekor ikan melompat ke permukaan sebelum kembali menyelam. Mereka memberi hormat padaku? Ah, ya... Aku 'kan sang raja. Itu wajar.

Aku berjalan sambil tersenyum lebar. Tapi tiba-tiba seorang pria berpakaian kumal datang menghampiriku. Pengganggu lagi... Perusak... Pengacau... Mungkin aku bisa meninjunya, mematahkan rahangnya, memecahkan tempurung kepalanya dengan batu, lalu-

"Berhenti! Jangan dekati sang raja! Jangan mengganggu beliau!" Bentak pengawalku. Awalnya si pria kumal tidak peduli dan tetap ingin mendekatiku. Apa aku harus bertindak? Tidak. Tiga pengawalku langsung meringkusnya, memarahinya, lalu mengusirnya. Pengawalku yang lain bersiaga di depanku. Merentangkan lengannya, berusaha menjaga jarak pria itu dariku. Ah, aku tidak perlu bertindak. Tentu saja, akulah sang raja! Pengawalku ada untuk melindungiku.

"Ah, aku haus..." Gumamku. Dengan sigap salah satu pengawalku yang membawa ransel di punggungnya mengeluarkan sebuah termos dan gelas kaca. Menuangkan segelas lemonade dingin untuk sang raja. Aku meminumnya dengan puas. Aku senang menjadi raja.

Setelah rasa hausku hilang, aku kembali berjalan.

Beberapa jam berlalu penuh kedamaian. Aku raja yang bahagia. Mendadak terdengar alarm jam tangan salah satu pengawalku. Aku menoleh. Pengawal itu mendekat dan berlutut di hadapanku, "maafkan hamba yang mulia, tapi ini sudah saatnya untuk kembali..."

Aku tersenyum, "begitukah? Aku mengerti, antarkan aku pulang..." Perintahku. Semua pengawalku menunduk patuh. Satu di antara mereka menelepon jemputan dengan ponselnya. Sebuah mobil jeep datang menjemput kami. Kami pun pulang.

***

Kami melalui sebuah gerbang besar dari jeruji besi. Melewati sebuah lapangan yang dipenuhi kerumunan manusia. Saat sampai di gedung utama tempat ini, aku turun. Pengawalku melepaskan jubahku dengan sopan. Mengantarku masuk ke dalam. Setelah melewati beberapa pintu yang masing-masing diawasi seorang penjaga, aku sampai di sebuah aula terbuka. Beberapa penjaga lain sudah menunggu di sana, berbaris rapi dengan senapan di tangan. Pengawalku datang dengan sebuah kain hitam panjang di tangannya, "maafkan aku yang mulia, bolehkah...?" Aku mengangguk, "silahkan..."

Dia balas mengangguk lalu menutup mataku dengan kain itu. Kemudian dia membimbingku ke tengah aula, lalu meninggalkanku di sana.

Seorang pria berteriak dari kejauhan, "seperti yang telah diputuskan oleh hakim dan yang telah diberitakan sebelumnya. Dengan ini, Rudolf Gale alias King of Death, dijatuhi hukuman mati atas pembunuhan sadis terencana yang telah dilakukan pada 20 orang. Permohonanmu telah dilaksanakan, menjadi raja dalam sehari. Kini waktu eksekusi telah tiba..." Sisanya terdengar samar-samar bagiku. Aku tenggelam dalam pikiranku sendiri. Eksekusi? Permohonan menjadi raja sehari? Ah, ya... Aku ingat... Aku sudah bersenang-senang. Dan inilah puncaknya. Saatnya beristirahat. Hening sejenak. "Angkat senjata!" Terdengar suara derap. "Bersiap!" Suara senapan yang dikekang menyusul. "Tembak!" Letusan senapan terdengar. Dan kegelapan total menelan tubuhku. Tubuh sang raja pembunuh.

First Story

Cerpen pertama... Sebelum membahas ini, marilah kuceritakan tentang suatu site... *lebay*
Jadi... Sekitar setahun yang lalu, entah kapan tepatnya... Lupa... Setelah dapat dua surat penolakan dari penerbit... Baru deh mulai nyari situs atau grup kepenulisan... Agak telat sih... Well, better than nothing at all... Dan situs itu adalah kemudian.com. Tempat pertama aku belajar...

Sebulan kemudian... pas lagi galau gatau mau apa... Mendadak kepikiran satu plot. Dan memang uda dari awal ada pikiran, kalau mau belajar nulis... ya mulai dari yang lebih simple dan pendek... Cerpen. Jadi, muncullah cerpen "I'm the King of the Day". Please enjoy it in the next post ^^

Senin, 07 April 2014

My First Step

Langkah awalku dimulai dengan kecintaanku pada Fantasi. Begitu juga pada Paranormal Romance yang memukau, Science Fiction yang hebat, dan Thriller yang menegangkan. Berlanjut dengan penantianku atas kisah yang kuharapkan. Kau tahu? Jatuh cinta pada kisah dalam buku adalah harapan para pembaca, namun belum tentu mereka akan menemukan "jodoh" mereka. Tapi bukan... Bukan karena aku tidak menemukan buku yang berjodoh, aku sering jatuh cinta pada berbagai novel. Favorit? Vampire Academy karya Richelle Mead.

Masalahnya bermula saat buku yang memukau hati ini semakin sedikit. Ada masa ketika toko buku langgananku nyaris tidak memajang buku baru yang genre-nya aku suka. Dan... Kebetulan aku mendapat sebuah mimpi yang membuat hati ini tidak tenang kalau sampai melupakannya. Mimpi yang keren. Dan dari sanalah aku mulai menulis novel pertamaku. Sebuah novel Paranormal Fantasy. Well, isinya memang masih kacau balau :)) Kuakui itu. Tapi tetap saja aku nekat untuk coba mengirimnya ke penerbit.

Jelas ditolak. Ahahahahahaha

Tapi meski begitu, tekad ini sudah bulat. Aku ingin namaku, nama penaku...bisa terpampang di sebuah buku. Buku itu akan terpajang di etalase toko buku mana pun. Dan pada akhirnya sampai di tangan para pembaca yang akan membacanya penuh kekaguman. Aku ingin memukau mereka dan pasti akan kulakukan. Entah kapan tapi itu pasti...

Dan pelajaran yang kudapat dari kegagalanku... Tidak masalah kau gagal, asal hatimu puas karena berhasil melakukan langkah kecil. Berani salah adalah sebuah langkah kecil. Dan itu jauh lebih baik dibanding tidak berjalan sama sekali. Plus, aku jadi tahu... Aku harus belajar untuk mengembangkan gaya menulisku. Membuatnya lebih ringan dan enak dibaca.

First step, done~

The Beginning

Hey there...
Welcome to "Catching My Dream"

Sebuah blog yang akan menceritakan kisahku... Sebelumnya perkenalkan, namaku Wynfrith. I'm just someone who's chasing her dream. Di blog ini aku akan menceritakan perjalananku untuk meraih impianku menjadi seorang penulis. Dan aku juga akan mengirimkan sebagian dari karyaku ke sini. Mulai dari yang paling awal sampai yang terbaru.

Aku akan menceritakan segala pelajaran yang kudapat. Dan pastinya beberapa perkembangan terbaruku. Yang pasti, aku sudah berada di tengah kisah pengejaran mimpiku. Tapi jangan khawatir, aku akan ceritakan semuanya dari awal. Tapi aku tidak tahu bagaimana akhir kisah ini, karena masih menjadi misteri. Jadi kita akan biarkan itu sebagai kejutan ^^

And this is... My Journey...

Untuk para pengunjung... Terima kasih banyak~