“Ayo cepat, Sergo, keretanya sudah mau berangkat!” gerutuku.
“Baik, Nona Rebecca... Maafkan saya,” jawab seorang pemuda bermata biru. Dia berusaha berlari lebih cepat sambil menyeret dua buah koper ukuran besar. Kami berlari menuju pintu kereta. Aku berhasil masuk lebih dulu darinya.
Tiba-tiba terdengar pengumuman dari speaker di dalam kereta, “pintu kereta akan segera ditutup. Harap menjauh dari pintu. Terima kasih.”
Aku terkejut dan langsung berteriak, “Sergo! Cepat!”
“Aku datang!” Dengan sigap Sergo melemparkan kedua koper itu ke dalam kereta dan melompat masuk tepat sebelum pintu tertutup. Kereta tenaga matahari ini pun mulai melaju. Kami bernapas lega. Ralat, hanya aku yang bernapas lega. “Sergo, hari ini kau lambat sekali. Apa kau sudah melakukan perawatan mesin harianmu?” tanyaku kesal.
“Baik, Nona Rebecca... Maafkan saya,” jawab seorang pemuda bermata biru. Dia berusaha berlari lebih cepat sambil menyeret dua buah koper ukuran besar. Kami berlari menuju pintu kereta. Aku berhasil masuk lebih dulu darinya.
Tiba-tiba terdengar pengumuman dari speaker di dalam kereta, “pintu kereta akan segera ditutup. Harap menjauh dari pintu. Terima kasih.”
Aku terkejut dan langsung berteriak, “Sergo! Cepat!”
“Aku datang!” Dengan sigap Sergo melemparkan kedua koper itu ke dalam kereta dan melompat masuk tepat sebelum pintu tertutup. Kereta tenaga matahari ini pun mulai melaju. Kami bernapas lega. Ralat, hanya aku yang bernapas lega. “Sergo, hari ini kau lambat sekali. Apa kau sudah melakukan perawatan mesin harianmu?” tanyaku kesal.