Angin berhembus pelan, burung
berkicau dengan merdu, langit biru yang luas, matahari bersinar cerah,
apa yang lebih baik dari ini semua? Mengembara dengan bebas dari pulau
ke pulau. Menikmati keindahan bumi ini. Itulah kesenanganku.
Saat ini aku tengah berbaring di bawah pohon ek. Menikmati suasana hutan Lochshire. Membiarkan angin menerpa tubuhku dengan lembut. Seekor burung mendarat di sampingku, berkicau seolah menyapaku.
Aku tersenyum. "Apa kau lapar?" tanyaku sambil menjentikkan jari. Tasku yang tergantung di ranting pohon ini pun melayang turun.
Kugerakkan sedikit jariku, sepotong roti yang ada di dalam tas melayang keluar. Terpotong di udara hingga jadi remah-remah kecil sebelum mendarat lembut di atas tanah. Burung gereja cokelat itu berkicau senang dan memanggil teman-temannya. Lima ekor burung gereja lain datang dan bergabung untuk makan.
Ah, aku sungguh tidak sopan, perkenalkan... Namaku Ralph, sang penyihir pengelana dari Norvana Utara. Kebebasan adalah jalan hidupku. Menjelajahi dunia yang tak terbatas. Berjalan tanpa tujuan dan menemukan kejutan indah yang disediakan alam.
Tapi...kurasa aku harus segera mengakhiri jalan hidupku yang tanpa arah ini. Karena kini aku telah menemukan sebuah tujuan di sini, di Kerajaan Lochshire ini. Aku bertemu dia... Putri Veronica. Mata hijau emerald yang berbinar, senyuman seindah senyum malaikat, rambut cokelat yang halus. Cantik sekali.
Pertama aku bertemu dengannya, dia sedang berjalan di padang rumput. Tentu saja sambil dikawal beberapa ksatria yang siaga dengan pedang di pinggang. Tapi itu bukan masalah bagiku. Dengan sedikit sihir, aku menghampirinya dalam wujud kupu-kupu hitam kelabu. Dia menyambut kedatanganku dengan menjulurkan tangannya. Membiarkanku hinggap di tangannya yang selembut sutra.
Aku jatuh cinta. Hatiku terpikat pada malaikat ini. Sejak saat itu, aku terus mengawasinya. Memperhatikannya dari kejauhan. Mencari tahu segala tentang malaikatku ini. Dia suka membaca buku. Dia suka dengan teh beraroma mawar, tapi dia tidak begitu suka teh herbal. Aku juga tahu hewan-hewan apa yang dia takuti. Termasuk bagian yang terburuk. Malaikatku sudah memiliki tunangan.
Hatiku hancur. Dan semakin hancur saat tahu, tunangannya...adalah Pangeran Rowan dari Kerajaan Lorania.
Pangeran yang terkenal akan perilakunya yang kasar dan ucapannya yang menusuk. Aku tidak terima.
Kenapa malaikat secantik Veronica harus bertunangan dengan iblis kasar seperti itu? Aku membencinya - memang aku tetap tidak akan suka meski Veronica bertunangan dengan pria lain - tapi ini berbeda. Malaikat bersama iblis? Itu bodoh. Dan setiap kali aku melihat iblis itu menyakiti malaikatku, hatiku sakit... Sangat sakit.
Kenapa dia terus menyakitinya? Gadis lembut seperti dia, kenapa harus kau sakiti seperti itu? Tidakkah kau sadar betapa beruntungnya kau bisa mendapatkan dia?
Waktu demi waktu berlalu, tanggal pernikahan mereka semakin dekat. Aku mengikuti Veronica hingga ke Lorania. Sepanjang hari, iblis itu masih terus menyakiti malaikatku. Ini sudah kelewatan. Jika dia tidak suka dengan kesempatannya, maka aku yang akan mengambilnya.
Aku meninggalkan Lorania tepat lima hari sebelum tanggal pernikahan. Melakukan pencarian untuk rencana besarku. Setelah melakukan pencarian selama dua hari, aku menemukannya, ladang bunga Psevchaste. Sekilas bunga ini mirip dengan bunga mawar hitam. Yang membedakannya dari mawar biasa adalah duri dan tangkainya yang transparan bagai kristal.
Aku pun bergegas kembali ke Lochshire dengan sekantung penuh Psevchaste. Lalu langsung menuju ke danau Lochshire. Kuletakkan semua barang bawaanku ke tanah. Aku berlutut di tepi danau dan bercermin di permukaan airnya yang jernih. Menatap bayangan diriku sendiri untuk terakhir kalinya. Rambut cokelat sedagu, kulit putih, mata abu-abu. "Sampai nanti, diriku..." gumamku.
Aku pun bangkit dan memulai sihir besarku. Aku menumbuk halus semua bunga itu sambil menggumamkan mantra. Asap ungu tercipta dan mulai menguar ke udara. Asap itu semakin tebal sebelum akhirnya menelan seluruh tubuhku. Saat asap itu mulai menghilang, kutatap tanganku. Warna kulitku kini menjadi kecokelatan. Rambutku menjadi lebih pendek dan berubah hitam. Dan tubuhku, semuanya telah berubah. Mantra perubah wujud, berhasil.
Langkah berikutnya. Aku mendatangi kamar pangeran tampan kita, untuk memberinya sedikit pelajaran.
Aku menyeringai saat dia terkejut melihat sosokku yang tersembunyi sepenuhnya dalam jubah hitam, wajahnya pucat bagai batu kapur. "Kau mahluk menyedihkan, memperlakukan wanita yang penuh cinta seperti sampah... Memalukan..." ucapku.
"Siapa kau? Berani sekali kau datang tanpa diundang dan menceramahiku?" bentaknya.
"Aku? Aku hanya seorang pengembara. Merantau tanpa tujuan. Dan kau tahu? Kurasa aku akan berhenti merantau. Karena aku menemukan sebuah tujuan," ucapku sambil terkekeh, "kau mendapat kesempatan emas dan kau mengabaikannya. Jadi, kenapa tidak aku saja yang mengambil kesempatanmu itu?"
Pangeran bodoh itu mengambil pedang yang terpajang di perapian, hendak menyerangku. Tapi itu sia-sia. Dengan sedikit mantra, aku mengubahnya menjadi kecoak. Tawaku menggema ke seluruh ruangan saat kecoak buruk itu berputar-putar kebingungan. Dia bahkan sempat mencoba menubrukkan tubuhnya padaku.
"Yang MULIA... Tolong tenang. Kau harusnya bersyukur, aku tidak membunuhmu. Aku hanya mengubahmu...menjadi wujud yang paling sesuai untukmu. Kini kau tidak akan pernah bisa bertemu Veronica-ku lagi selamanya. Kau pasti senang... Ya 'kan?" ujarku sambil menyeringai. Aku membuka tudung jubahku. Dan gerakan kecoak itu berhenti seolah membeku. "Terkejut melihat dirimu sendiri, Pangeran? Tenanglah, aku bukan kembaranmu atau apa pun yang ada di pikiranmu. Aku cuma orang yang mau merebut posisimu. Itu saja..." lanjutku sambil tertawa puas. Aku pun pergi meninggalkan kamar itu, menuju ke tempat Veronica-ku.
Dia sedang sendirian di taman kerajaan. "Veronica..." panggilku lembut. "Ya, Pangeranku?" jawabnya. Aku tersenyum lebar.
Aku berhasil. Aku telah menemukan tujuan dan berhasil mendapatkannya. Malaikatku sayang. Kau milikku. Dan hanya milikku seorang.
Saat ini aku tengah berbaring di bawah pohon ek. Menikmati suasana hutan Lochshire. Membiarkan angin menerpa tubuhku dengan lembut. Seekor burung mendarat di sampingku, berkicau seolah menyapaku.
Aku tersenyum. "Apa kau lapar?" tanyaku sambil menjentikkan jari. Tasku yang tergantung di ranting pohon ini pun melayang turun.
Kugerakkan sedikit jariku, sepotong roti yang ada di dalam tas melayang keluar. Terpotong di udara hingga jadi remah-remah kecil sebelum mendarat lembut di atas tanah. Burung gereja cokelat itu berkicau senang dan memanggil teman-temannya. Lima ekor burung gereja lain datang dan bergabung untuk makan.
Ah, aku sungguh tidak sopan, perkenalkan... Namaku Ralph, sang penyihir pengelana dari Norvana Utara. Kebebasan adalah jalan hidupku. Menjelajahi dunia yang tak terbatas. Berjalan tanpa tujuan dan menemukan kejutan indah yang disediakan alam.
Tapi...kurasa aku harus segera mengakhiri jalan hidupku yang tanpa arah ini. Karena kini aku telah menemukan sebuah tujuan di sini, di Kerajaan Lochshire ini. Aku bertemu dia... Putri Veronica. Mata hijau emerald yang berbinar, senyuman seindah senyum malaikat, rambut cokelat yang halus. Cantik sekali.
Pertama aku bertemu dengannya, dia sedang berjalan di padang rumput. Tentu saja sambil dikawal beberapa ksatria yang siaga dengan pedang di pinggang. Tapi itu bukan masalah bagiku. Dengan sedikit sihir, aku menghampirinya dalam wujud kupu-kupu hitam kelabu. Dia menyambut kedatanganku dengan menjulurkan tangannya. Membiarkanku hinggap di tangannya yang selembut sutra.
Aku jatuh cinta. Hatiku terpikat pada malaikat ini. Sejak saat itu, aku terus mengawasinya. Memperhatikannya dari kejauhan. Mencari tahu segala tentang malaikatku ini. Dia suka membaca buku. Dia suka dengan teh beraroma mawar, tapi dia tidak begitu suka teh herbal. Aku juga tahu hewan-hewan apa yang dia takuti. Termasuk bagian yang terburuk. Malaikatku sudah memiliki tunangan.
Hatiku hancur. Dan semakin hancur saat tahu, tunangannya...adalah Pangeran Rowan dari Kerajaan Lorania.
Pangeran yang terkenal akan perilakunya yang kasar dan ucapannya yang menusuk. Aku tidak terima.
Kenapa malaikat secantik Veronica harus bertunangan dengan iblis kasar seperti itu? Aku membencinya - memang aku tetap tidak akan suka meski Veronica bertunangan dengan pria lain - tapi ini berbeda. Malaikat bersama iblis? Itu bodoh. Dan setiap kali aku melihat iblis itu menyakiti malaikatku, hatiku sakit... Sangat sakit.
Kenapa dia terus menyakitinya? Gadis lembut seperti dia, kenapa harus kau sakiti seperti itu? Tidakkah kau sadar betapa beruntungnya kau bisa mendapatkan dia?
Waktu demi waktu berlalu, tanggal pernikahan mereka semakin dekat. Aku mengikuti Veronica hingga ke Lorania. Sepanjang hari, iblis itu masih terus menyakiti malaikatku. Ini sudah kelewatan. Jika dia tidak suka dengan kesempatannya, maka aku yang akan mengambilnya.
Aku meninggalkan Lorania tepat lima hari sebelum tanggal pernikahan. Melakukan pencarian untuk rencana besarku. Setelah melakukan pencarian selama dua hari, aku menemukannya, ladang bunga Psevchaste. Sekilas bunga ini mirip dengan bunga mawar hitam. Yang membedakannya dari mawar biasa adalah duri dan tangkainya yang transparan bagai kristal.
Aku pun bergegas kembali ke Lochshire dengan sekantung penuh Psevchaste. Lalu langsung menuju ke danau Lochshire. Kuletakkan semua barang bawaanku ke tanah. Aku berlutut di tepi danau dan bercermin di permukaan airnya yang jernih. Menatap bayangan diriku sendiri untuk terakhir kalinya. Rambut cokelat sedagu, kulit putih, mata abu-abu. "Sampai nanti, diriku..." gumamku.
Aku pun bangkit dan memulai sihir besarku. Aku menumbuk halus semua bunga itu sambil menggumamkan mantra. Asap ungu tercipta dan mulai menguar ke udara. Asap itu semakin tebal sebelum akhirnya menelan seluruh tubuhku. Saat asap itu mulai menghilang, kutatap tanganku. Warna kulitku kini menjadi kecokelatan. Rambutku menjadi lebih pendek dan berubah hitam. Dan tubuhku, semuanya telah berubah. Mantra perubah wujud, berhasil.
Langkah berikutnya. Aku mendatangi kamar pangeran tampan kita, untuk memberinya sedikit pelajaran.
Aku menyeringai saat dia terkejut melihat sosokku yang tersembunyi sepenuhnya dalam jubah hitam, wajahnya pucat bagai batu kapur. "Kau mahluk menyedihkan, memperlakukan wanita yang penuh cinta seperti sampah... Memalukan..." ucapku.
"Siapa kau? Berani sekali kau datang tanpa diundang dan menceramahiku?" bentaknya.
"Aku? Aku hanya seorang pengembara. Merantau tanpa tujuan. Dan kau tahu? Kurasa aku akan berhenti merantau. Karena aku menemukan sebuah tujuan," ucapku sambil terkekeh, "kau mendapat kesempatan emas dan kau mengabaikannya. Jadi, kenapa tidak aku saja yang mengambil kesempatanmu itu?"
Pangeran bodoh itu mengambil pedang yang terpajang di perapian, hendak menyerangku. Tapi itu sia-sia. Dengan sedikit mantra, aku mengubahnya menjadi kecoak. Tawaku menggema ke seluruh ruangan saat kecoak buruk itu berputar-putar kebingungan. Dia bahkan sempat mencoba menubrukkan tubuhnya padaku.
"Yang MULIA... Tolong tenang. Kau harusnya bersyukur, aku tidak membunuhmu. Aku hanya mengubahmu...menjadi wujud yang paling sesuai untukmu. Kini kau tidak akan pernah bisa bertemu Veronica-ku lagi selamanya. Kau pasti senang... Ya 'kan?" ujarku sambil menyeringai. Aku membuka tudung jubahku. Dan gerakan kecoak itu berhenti seolah membeku. "Terkejut melihat dirimu sendiri, Pangeran? Tenanglah, aku bukan kembaranmu atau apa pun yang ada di pikiranmu. Aku cuma orang yang mau merebut posisimu. Itu saja..." lanjutku sambil tertawa puas. Aku pun pergi meninggalkan kamar itu, menuju ke tempat Veronica-ku.
Dia sedang sendirian di taman kerajaan. "Veronica..." panggilku lembut. "Ya, Pangeranku?" jawabnya. Aku tersenyum lebar.
Aku berhasil. Aku telah menemukan tujuan dan berhasil mendapatkannya. Malaikatku sayang. Kau milikku. Dan hanya milikku seorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar